Keterbatasan pakan dan ketidak pastian tatalaksana pakan merupakan salah satu faktor kelemahan sistem produksi peternakan, hal ini dapat diatasi bila potensi pertanian maupun limbahnya ikut dipertimbangkan dalam usaha peternakan. Asalkan kita tahu secara tepat nilai guna, daya guna, teknologi pengolahan dan sistem pengolahan yang tepat agar lebih bermanfaat.
Secara garis besar bahan pakan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pakan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pakan asal hewan (hewani). Bahan pakan nabati adalah bahan pakan yang berasal dari tanaman. Bahan pakan hewani adalah bahan pakan yang berasal dari hewan atau ikutannya. Kedua bahan pakan ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga memerlukan penanganan dan pengolahan yang berbeda pula.
Bahan pakan nabati seperti kedelai, jagung, dedak, gandum, hijauan (rumput gajah, rumput raja dll), leguminosa (daun lamtoro, daun turi dll), bungkil kelapa, bungkil kedelai, kacang-kacangan, singkong/ketela pohon dan lain-lain. Bahan pakan hewani meliputi seperti ikan runcah, tepung ikan, tepung tulang, tepung kerang, meat bone meal, tepung darah, tepung bekicot, tepung udang dan lain-lain.
Bahan pakan hewani memiliki karakteristik yang membedakan dengan bahan pakan nabati, yaitu:
1. | Daya simpan rendah |
2. | Bersifat lunak dan lembek |
3. | Karakteristik dari masing-masing bahan pakan hewani tidak bisa digeneralisasi (disamaratakan) |
4. | Bahan pakan hewani pada umumnya merupakan sumber protein dan lemak, sedangkan bahan pakan sumber nabati merupakan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, lemak dan protein. |
Berdasarkan hal diatas maka pengolahan menjadi penting. Pengolahan penting karena dapat memperpanjang masa simpan, meningkatkan daya tahan, meningkatkan kualitas, nilai tambah dan sebagai sarana diversifikasi (penganekaragaman) prodak. Sehingga prodak menjadi memiliki daya ekonomi yang lebih setelah mendapatkan sentuhan teknologi pengolahan pakan. Dibawah ini adalah beberapa contoh jenis pengolahan pakan:
1. | Amoniasi | ||||||||||||||||
Pengertian amoniasi itu sendiri adalah cara pengolahan pakan secara kimia menggunakan amoniak (NH3), yang mana dosis amoniak yang biasa digunakan secara optimal adalah 4 – 6 % NH3 dari berat kering jerami. Tujuan pembuatan amoniasi adalah untuk meningkatkan daya cerna dari bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar N (proteinnya). Jerami merupakan salah satu limbah atau bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan amoniasi, yang mana pengertian jerami itu sendiri adalah bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen butir buahnya. Namun sebagian besar para peternak jarang memanfaatkan jerami padi, kebanyakan dari para peternak biasanya langsung membakar jerami padi setelah pemanenan berlangsung. Selain alasan tersebut para peternak jarang menggunakan jerami dikarenakan jerami memiliki kandungan nutrisi yang rendah dan sulit dicerna oleh ternak. Jika jerami langsung diberikan kepada ternak tanpa melalui proses pengolahan, maka jerami ini akan tergolong sebagai makanan ternak yang berkualitas rendah. Kandungan gizi jerami padi adalah protein kasar 4,5 %, serat kasar 35 %, lemak kasar 1,55 %, abu 16,5 %, kalsium 0,19 %, fosfor 0,1 %, energi TDN (Total Digestible Nutrients) 43 %, energi DE (Digestible Energ y) 1,9 kkal/kg, dan lignin yang sangat tinggi 7%. Agar meningkatkan kadar nutrisi dan meningkatkan kecernaan nya sehingga bisa lebih berdaya guna sebagai pakan ternak, jerami padi dapat diolah dengan cara amoniasi. Metode dalam pembuatan amoniasi ada dua cara yaitu: Urea yang dilarutkan ke dalam air terlebih dahulu (cara basah) atau langsung ditaburkan pada setiap lapisan jerami yang akan diamoniasi (cara kering). Metode atau tahapan pembuatan amoniasi secara praktis adalah sebagai berikut: Bahan yang digunakan: Jerami padi sebanyak 15 kg, urea 870 gram dan air 5 liter (cara basah) Langkah pembuatan: Sebelum membuat amoniasi, sediakan plastik dengan ketebalan 0,4 cm, sediakan timbangan, sediakan ember, alat pengaduk, dan sediakan tali untuk pengikat. Setelah peralatan disediakan kemudian siapkan jerami padi yang memiliki batang yang sangat keras, ikat dan masukkan kedalam plastik. Masukkan urea 870 gram kedalam ember dan tuangkan air sebanyak 5 liter, kemudian aduk hingga rata. Siram larutan urea tersebut kedalam kantong plastik yang telah berisi jerami sebanyak 15 kg, kemudian siram secara bertahap, merata dan bolak-balikkan jerami tersebut kemudian padatkan. Ikat kencang plastik yang pertama, hingga tak ada udara masuk dan masukkan kantong plastik yang pertama ke dalam plastik yang yang kedua. Simpan kantong plastik amoniasi tersebut di tempat yang aman. Diamkan selama 4 minggu. Pembuatan amoniasi diatas adalah menggunakan cara basah, jika akan melakukan pembuatan amoniasi menggunakan cara kering tidak perlu penambahan air. Pemanenan amoniasi dapat dilakukan setelah kurun waktu 4 minggu berlangsung. Sebelum jerami di berikan pada ternak, jerami sebaiknya diangin-anginkan terlebih dahulu hingga bau amoniaknya hilang. Amoniasi yang akan disimpan dalam jangka yang lama, maka jerami amoniasi tersebut harus dijemur dan dikeringkan di panas matahari selama kurang lebih satu minggu hingga kadar air mencapai 20 %. Penjemuran dilakukan dengan cara sederhana yaitu dijemur di atas pelataran semen atau tanah dengan ketebalan 10 cm. Bila jerami tersebut sudah dijemur dan kering maka dapat disimpan di bawah atap dan tahan 6 bulan sampai satu tahun tanpa adanya penurunan kualitas. | |||||||||||||||||
2. | Hay | ||||||||||||||||
| |||||||||||||||||
3. | Fermentasi | ||||||||||||||||
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik. |
Selain amoniasi, hay dan fermentasi sebagai jenis pengolahan pakan, masih banyak jenis pengolahan pakan lainnya seperti silase, urea molases multinutrient blok (UMMB) dan lainnya.
Pengolahan limbah pertanian berupa jerami yang menjadi makanan ternak, harus disosialisasikan agar penggunaannya dapat dilakukan oleh masyarakat secara luas. Penggunaan teknologi amoniasi dapat memberdayakan sumber daya lokal dan menghindari ketergantungan impor pakan ternak. Pakanan ternak yang selalu tersedia sepanjang waktu dengan diiringi sistem pemeliharaan terpadu akan menciptakan sektor peternakan yang tangguh dan berkelanjutan.
Sumber : http://ditjennak.deptan.go.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar