............................................"SELAMAT DATANG DI BPK KEDUNGWUNI JL.RAYA TOSARAN NO.03 KEDUNGWUNI - PEKALONGAN 51173"............................................

Minggu, 28 Agustus 2011

TEHNIK BUDIDAYA MELON


Pada garis besarnya Melon di bagi menjadi 2 jenis yaitu : Net Melon dan noNet Melon:
Net Melon misalnya: Sky Roket,Action,Glamor,Monami, MAI 119, MAI 116, SUMO 28, LADIKA, dll.
NoNet Melon misalnya: Honey dew, Mutiara, Golden langkawi, Eagle,dll.
 

A.    Syarat tumbuh.
Tanaman Melon dapat tumbuh dari dataran rendah sampai dataran medium,akan tetapi Net Melon cocok pada dataran rendah 0 – 500 m dpl.Karena Net Melon menghendaki penyinaran yang cukup. Untuk noNet melon cocok pada dataran medium 400 – 700 m dpl. Karena Melon ini besar buahnya sedang ,tetapi rasanya manis.
Tanaman Melon tidak menghendaki tanah yang khusus, tapi yang lebih baik tanah bekas tanaman padi,dan hindari bekas tanaman yang sakit.(layu dan karat daun)

Sebaiknya di lakukan seawal mungkin,sehingga mendapatkan pengolahan yang baik dan selesai sebelum bibit siap tanam.
Pembuatan parit diharapkan untuk memudahkan untuk pengairan dan pembuangan air,sehingga memudahkan untuk memperoleh kondisi tanah yang basah tetapi tuntas.
Tanah bedeng dibuat gembur sehingga perakaran mudah menembus tanah untuk mendapatkan unsur hara.

C.   Persemaian

Cara menyemai ada 2 cara:
1.      Di kecambahkan selama + 30 jam dengan suhu 28 – 30oC akar tumbuh kira-kira 0,5 cm. Kemudian langsung di masukan kedalam polybag yang sudah di persiapkan dan di tutup dengan kuntan/media yang lembut.
Setelah 7 – 10 hari bibit siap tanam (+ daun ½ )
2.      Di semai dengan box.
Biji di atur dalam Box , setelah  5 – 6 hari baru di pindahkan dalam polybag yang sudah di siapkan,setelah 13 hari bibit siap di tanam di lahan.
Untuk penanaman bibit jangan sampai terlambat.


D.    Penanaman :
Pembuatan Bedengan ½ jadi dengan ukuran :
Lebar : 120 cm, Lebar parit :60 cm. Tinggi bedengan 40 cm,dan panjang bedengan sesuai dengan lahan yang ada.
Dan di tabur pupuk dasar yaitu :
Kompos/pupuk kandang 20 ton/ha.
Dolomite 1 ton /ha
ZA           : 700 Kg
Sp36       : 450 Kg
KCL       : 250 Kg
Setelah pupuk di tabur ,bedengan di kecroh agar pupuknya tercampur,dan tanah dari parit di naikan ke bedengan.setelah itu bedengan di tutup dengan Mulsa (PHP ) selanjutnya di buat lubang tanam 60 – 70 Cm ditanam 2 baris .
Sebelum di tanam sebaiknya Ajir/Lanjaran sudah terpasang lebih dulu. Panjang lanjaran + 2 m .

E.     Pemeliharaan :
1.          Pemupukan
Pupuk susulan berupa kocoran NPK  yang telah di cairkan /di larutkan ke air ,dengan       perbandingan  3 kg NPK / 200 lt air.
Waktu pemberian :
a.       3 – 4 hst.
b.      2 minggu setelah tanam.di pilih tanaman yang pertumbuhanya     lambat.
c.       20 - 23 hst (sebelum bunga mekar).
d.      Setelah gantung Buah.
Hindari pemberian pupuk susulan pada saat bunga mekar.
2.      Potong cabang :
Potong cabang pertama pada waktu tanaman berumur 12 hari setelah tanam atau setelah 5 helai daun.Potong cabang selanjutnya setiap ketiak daun ,cabang di potong sampai  helai ke- 9 , dan  10 , 11 , 12 Di pelihara untuk calon buah dan helai 13 ke atas di potong semua.Potong cabang sebaikmya pada siang cuaca cerah,setelah         25 – 30 helai ujungnya di potong sisakan 2 cabang sebagai kontrol agar buah tidak pecah.
Setelah dilakukan potong cabang atau potong pucuk supaya dilakukan penyepraian agar tidak terjadi infeksi pada luka bekas potongan.

3.      Ikat batang .
Tanaman Melon tidak bisa merambat sendiri maka perlu pengikatan agar tidak rebah .Ikat cabang yang pertama  + 2 minggu setelah tanam /setelah potong cabang pertama. Dan selanjutnya pengikatan 3 – 4 hari sekali dilakukan.
4.          Pengairan :
Pada saat penanaman di airi penuh /di leb.
Tiga hari kemudian di airi per tanaman, sebab dalam bedengan masih basah tetapi pemukaan tanah sudah kering ,pada musim kemarau bedengan di leb satu minggu sekali. Pada saat tanaman berdaun 6 helai di airi penuh agar pertumbuhanya seragam.
Kemudian tanaman di airi setelah umur 23 hari /menjelang pembungaan.
Pengairan selanjutnya setelah seleksi  dan gantung buah /satu minggu setelah pembungaan,hindari pengairan pada saat bunga mekar.
Setelah seleksi buah sampai umur 35 hari ,/setelah pembungaan keadaan lahan harus selalu basah karena pada saat itu fase pembesaran buah.
Umur 24 – 35 hari setelah pembungaan lahan sedikit demi sedikit di keringkan supaya buahnya manis.

1.      Hama :
a.       Kutu daun
Menghisap cairan daun sehingga menghambat pertumbuhan tanaman, hama ini bisa menyebarkan penyakit Virus. Pengedalianya dengan : Marshal, curacron atau insectisida yang lain.
b.      Ulat daun dan ulat buah.
Biasanya memakan daun dan kulit buah melon sehingga buah Melon cacat/berlubang dan kualitas buahnya kurang baik.
Pengedalianya dengan : Tribon ,Ketindo, Estap  atau insektisida yang lain.
c.       Lalat Buah .
Menyerang buah dengan menusuk buah sehingga buah cacat dan busuk . Lalat ini menyerang buah pada saat masih muda/setelah gantung buah .
Pengedalianya : dengan furadan di tabur di atas mulsa,disepray dengan rizotin atau insektisida yang lain.




2.      Penyakit :
a.       Karat daun , Embun tepung ,Layu.
Penyakit karat daun yaitu cendawan yang menyerang daun ,yang mula-mula daun terdapat bercak ke kuning-kuningan dan meluas sehingga menjadi kecoklatan warna daunya..
Pengendalianya :dengan fungisida : Dithane M45,Daconil,Ridomil MZ ,Rovral,atau fungisida yang lain.
b.      Penyakit Embun Tepung.
Menyerang permukaan daun yang terdapat trotol-trotol putih seperti taburan tepung lama-lama menjadi kering.
Pengendalianya:dengan fungisida :Morestan,dan Rubigan (1 tutup/tanki)
c.       Penyakit Layu:
Yang di sebabkan bakteri dan cendawan.
Penanggulanganya:Persiapan lahan yang baik ,pemakaian pupuk kandang yang telah jadi,dan pemakaian dolomid seperti anjuran atau dikocor dengan bactochyn pada lubang tanam, sebelum tanam.

G.    Panen:
Tanaman Melon siap di panen setelah umur 65 hari setelah tanam.
a.       Ciri-ciri siap panen: Daun bendera berwarna kuning dan buah melon sudah beraroma bagi jenis tertentu dan kadar gula sudah mencapai 13 brix .
b.      Cara panen : Di potong dengan tangkainya membentuk huruf “ T “ Untuk Varietas daging merah.dan di potong pada tangkai buah untuk jenis putih (kuning).

Catatan:Faktor keberhasailan:
1.      Kesuburan tanah.
2.      Kwalitas bibit.
3.      Pengetahuan budidaya.
4.      Orientasi pemasaran

DOWNY MILDEW (PENYAKIT EMBUN BULU/BUSUK DAUN) PADA TANAMAN MELON

Pendahuluan
Downy mildew atau busuk daun (embun bulu) merupakan salah satu penyakit penting tanaman cucurbitaceae. Petani di daerah Kediri dan sekitarnya menyebut penyakit ini dengan sebutan Penyakit Trotol atau Kresek. Bisa dipahami jika petani menyebutnya demikian, karena sebutan tersebut didasarkan pada gejala dan akibatnya terhadap tanaman. Daun tanaman yang terserang oleh penyakit ini akan menunjukkan gejala bercak berwarna kuning agak bersudut, seperti mengikuti alur tulang daun dan dapat menyerang dalam satu daun secara terpisah-pisah. Jika serangan penyakit parah, daun-daun tersebut dapat mengering sehingga daun akan mudah hancur dan mengeluarkan bunyi “renyah” menyerupai suara plastik kresek jika diremas. Meskipun dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada daun, penyakit ini tidak dapat menyerang dan membuat kerusakan buah secara langsung. Penurunan produktifitas buah disebabkan oleh kinerja daun yang terganggu karena kerusakan sel-selnya (nekrosis), dengan demikian pertumbuhan tanaman terhambat dan meyebabkan buah terpapar matahari. Namun, menurut Celetti dkk. (2009), pada suatu waktu pathogen juga dapat menyerang buah. Buah yang dihasilkan dari tanaman yang terinfeksi berukuran kecil dan tidak bagus (marketable).


Patogen ini dapat menyebabkan penyakit pada tanaman melon, mentimun, labu, squash, pumpkin (Celetti dkk. 2009), belewah atau garbis, semangka dan tanaman suku cucurbitaceae lainya. Meskipun memiliki inang yang luas, patogen cenderung hanya dapat menyerang tanaman yang masih dalam satu suku. Tanaman seperti legum (kacang-kacangan) dan bayam tidak akan terinfeksi oleh pathogen ini. Diantara tanaman dalam suku cucurbitaceae tersebut, mentimun merupakan tanaman yang paling rentan terhadap serangan penyakit ini (Celetti dkk. 2009), tetapi kurang merugikan pada tanaman melon (Semangun, 2000). Selain terdapat perbedaan patogenisitas antar tanaman, gejala yang ditimbulkannya juga tidak sama tergantung tanaman inang dan kondisi lingkungan. Gejala yang timbul pada tanaman mentimun mirip dengan tanaman gambas dan pumpkin, tetapi berbeda dengan gejala yang timbul pada tanaman melon dan semangka. Gejala yang muncul pada tanaman mentimun terlihat lebih jelas berbatas (confine) dan bersudut/bersiku (angular), tetapi gejala pada daun tanaman melon terlihat agak membulat, tidak beraturan (irregular) dan cepat meluas serta mengering yang berwarna kehitaman.

Beberapa strain patogen (patotipe) organisme ini telah diidentifikasi, beberapa hanya dapat menyerang mentimun, sementara yang lain dapat menyerang melon, mentimun, pumpkin dan squash. Hingga saat ini, telah diketahui paling sedikit terdapat 6 strain (patotipe) yang masing-masing memiliki kekhususan/spesifikasi inang

Gejala

Gejala serangan Downy Mildew saat fase awal pertumbuhan, berupa bercak kecil berwarna kuning pada permukaan daun bagian atas yang berusia tua, kadang-kadang nampak berminyak. Gejala yang muncul pada fase ini terlihat belum begitu jelas, masih menyerupai virus mosik-motel yang kemudian akan berubah warna menjadi kuning atau kecoklatan dan mengalami kematian jaringan (nekrosis). Dalam perkembangannya, bercak dapat meluas dan bermultiplikasi menyebabkan bercak yang lain sehingga dapat menyebabkan bercak yang lebih luas karena bisa saling menyatu.

Pada kondisi lembab, bulu halus (downy) dapat segera terbentuk di permukaan daun bagian bawah dan kerusakan berupa bercak (spot) berwarna kuning terang terlihat di permukaan daun bagian atas. Sporangia berupa bulu halus (downy) biasanya akan terlihat dengan jelas pada saat pagi hari dengan warna ungu gelap di bawah warna kuning terang yang terlihat dari atas permukaan daun. Sporangia (kantong spora) itu dapat dilihat dengan menggunakan lensa (lup), dan menjadi kunci dalam mendiagnosis penyakit ini. Kerusakan jaringan daun yang disebabkan oleh cendawan/jamur ini kadang-kadang menjadi tempat hidupnya patogen sekunder seperti bakteri busuk lunak dan cendawan/jamur lain. Gejala serangan patogen ini akan nampak setelah 4-12 hari setelah terjadi infeksi.

Biologi Patogen

Patogen memproduksi struktur mikroskopis menyerupai kantung yang disebut sporangia pada kisaran suhu antara 5-30 Derajat Celcius . Suhu optimum bagi pembentukan sporangia terjadi pada kisaran suhu 15-20 Derajat Celcius dan membutuhkan waktu paling sedikit 6 jam pada kelembaban yang tinggi. Spora yang telah terbentuk dapat menular ke tanaman sehat karena terpaan angin dan percikan air hujan. Spora akan segera berkecambah dan dan dapat menginfeksi tanaman secara lansung apabila mendarat pada inang yang rentan hanya dalam waktu satu jam saja. Selama dalam musim hujan (basah) yang panjang sporangia dapat melepaskan zoospora dalam jumlah yang banyak. Zoospora ini dapat berenang di dalam filum air secara terus-menerus hingga mencapai stomata. Lubang alami ini merupakan tempat utama patogen masuk ke dalam jaringan tanaman, sehingga dapat menyebabkan infeksi yang lebih banyak pada daun.

Patogen akan berkembang lambat dan mungkin berhenti sementara apabila suhu lebih dari 30 Derajat Celcius selama siang hari. Suhu pada malam hari yang berkisar antara 12-23 Derajat Celcius akan merangsang perkembangan patogen, terutama jika keadaan disekitarnya cukup lembab. Apabila suhu lingkungan pada malam hari berada pada kisaran sekitar 15 dan 25 Derajat Celcius pada siang hari, infeksi downy mildew pada tanaman cucurbitaceae dapat memproduksi lebih banyak inokulum dalam waktu 4 hari.

Kelangsungan hidup (Survival) Patogen dan Penyebarannya

Downy mildew merupakan patogen yang bersifat obligat. Patogen ini selalu memerlukan jaringan tanaman hidup agar dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Sporangia yang telah terbentuk akan terbawa oleh angin dalam jarak tertentu. Dalam perjalanannya itu, sporangia mungkin akan bertahan beberapa hari hingga menemukan inang rentan. Jika patogen sudah berada suatu tempat, maka sporangia dapat disebarkan secara terlokalisir pada tempat tersebut dari tanaman satu ke tanaman lain dan dari lahan satu ke lahan lain melalui percikan air hujan, aliran irigasi, pergerakan serangga, peralatan pertanian dan pakaian yang digunakan petani di lahan yang terinfeksi, serta cara penanganan tanaman yang terinfeksi.


Pengendalian (Manajemen)


Pengendalian Penyakit dapat dilakukan melalui cara bercocok tanam (kultur teknis) dan penggunanaan pestisida. Cara-cara pengendalian tersebut antara lain adalah:
1. Menanam tanaman yang sehat, terbebas dari patogen.
2. Pilih dan atur lahan sehingga dapat membuat pergerakan udara lancar dan mengurangi kelembaban disekitar kanopi tanaman.
3. Lakukan pengolahan tanah dengan membaliknya pada waktu siang hari
4. Hindari pengairan yang berlebih. Pertimbangkan pemberian air irigasi selama pagi hari untuk memberi kesempatan daun mengering. Jika memungkinkan, beri air sedikit saja hingga dirasa cukup.
5. Lakukan pengamatan atau monitoring terhadap kemungkinan munculnya gejala penyakit tiap minggu atau sesering mungkin.
6. Lakukan pengendalian gulma di lahan, karena sebagian gulma dapat menjadi inang alternatif bagi patogen ini.
7. Perlakuan fungisida dilakukan untuk upaya pencegahan terhadap serangan patogen dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan. Aplikasi fungisida dilakukan tiap 5 hari sekali jika kondisi lingkungan lembab dan basah, namun jika kondisi cuaca sedang kering, maka aplikasi fungisida dapat dilakukan dalam inetrval waktu 7-10 hari
8. Aplikasikan fungisida dengan volume 250-300 liter air per hektar dan pastikan bahwa, fungisida mencukupi dan penyemprotan dapat meliput/terkena kanopi tanaman.
9. Lakukan aplikasi secara bergiliran dengan fungisida yang memiliki bahan aktif berbeda dan gunakan fungisida yang memiliki cara kerja ganda dan tunggal.
10. Cuci atau bersihkan peralatan sebelum digunakan pada lahan lain.
11. Cuci dan bersihkan tangan sebelum berpindah ke lahan lain dan selalu menggunakan pakaian baru (selalu berganti pakaian yang telah dicuci) tiap hari.